Barusan saya lihat ada post soal doa minta jodoh. Apakah Anda pernah merapalkannya? Hahaha, memangnya sudah siap?
Saya sendiri pernah coba-coba tapi cuma sekali dua kali. Gak pernah setiap hari, apalagi sampai berhari-hari.
Yang doa setiap hari mungkin statusnya sudah wajib menikah ya?
Mau ngapain hayooo?
Imho, walaupun jodoh sudah kepanggil, sudah muncul dan memberikan tanda-tanda yang meyakinkan tapi kitanya belum siap, dia cuma bakal mampir aja.
Manggil itu mudah, mempertahankan itu sulit.
Manggil butuh doa, mempertahankan sampai akhirnya nikah butuh kesiapan, keyakinan dan usaha.
Jadi manggil itu cuma tahap awal aja.
Kalau belum siap, jangan manggil-manggil dulu lah. Pantesan diri dulu.
Dalam doa jodoh itu kan kita minta untuk didatangkan jodoh yang terbaik ...
Kalau kita merasa terpanggil atau tertarik oleh seseorang by no reason, bisa jadi kita adalah pilihan yang terbaik buat dia.
Di saat yang sama, kalau orang yang membuat kita merasa terpanggil atau tertarik tidak merasakan hal yang sama ke kita, bisa jadi artinya dia bukan pilihan yang terbaik untuk kita.
Kalau belum siap, jangan manggil-manggil atau datang-datang dululah.
Bertemulah kalau sudah sama-sama siap, sama-sama sudah stabil.
Sudah gak mau ngejar atau dikejar, tapi saling menerima dan mau kerja sama.
Jodoh itu kan kembaran kita.
Pantesin diri aja, nanti jodoh kita juga akan mengikuti dengan sendirinya.
Merasa sudah siap sepihak adalah ilusi, karena jodoh itu sama seperti kita, yang benar adalah sebenarnya kita sama-sama belum siap tapi gak sadar.
Alih-alih memantaskan diri, orang cenderung merasa insecure dan menolak hal yang terlalu baik untuknya, padahal dia sendiri yang meminta untuk diberikan jodoh yang terbaik.
Yang jelas, jangan sampai kita nurunin level entah itu spiritual, emosional, intelektual, finansial dll dengan berpura-pura menjadi orang lain yang lebih approachable demi nyocokin diri dengan orang insecure yang belum tentu adalah jodoh kita. Dia yang harus naik kelas, bukannya kita yang turun kelas. Jangan pura-pura menjadi orang lain yang sama bobroknya demi penerimaan dan rasa suka darinya.
Dia suka rokok, kita ikut-ikutan.
Dia doyan junk food, kita ikut-ikutan.
Dia suka nge-game dan maraton film sampe lupa waktu, kita ikut-ikutan.
Dia suka yang seksi-seksi, kita jadi ngumbar keseksian di sosmed buat narik perhatiannya.
Haduh, gak punya identitas dan integritas. Yes immitation is the sincerest form of flattery, tapi jangan sampai downgrade prinsip hidup juga.
Hidup itu harus progresif, bukan regresif. Bertumbuh, bukan membusuk bersama.
No comments:
Post a Comment