Saya sebel deh baca komentar-komentar yang memaklumi atau mewajarkan keburukan manusia yang sifatnya bisa merugikan orang lain.
Misalnya, pria dianggap wajar jika nakal sebelum menikah atau wajar selingkuh di rentang usia 30-40 tahun.
Anehnya, yang komentar begini adalah orang-orang yang memakai simbol-simbol agama.
Agama itu kan gak peduli jenis kelamin, gak peduli gender, gak peduli usia, kalau perbuatan itu salah ya salah aja.
Baik perempuan maupun laki-laki, baik tua maupun muda, baik sehat maupun sakit, baik kaya maupun miskin, baik punya kuasa maupun tidak, sama-sama disuruh untuk menjaga pandangan dan kemaluan, diminta untuk tidak berzina.
Siapa pun yang sholatnya benar, dengan izin Allah akan dilindungi dari hal yang keji dan munkar, termasuk perzinahan, baik sebelum dan setelah pernikahan.
Gak ada tuh istilahnya jatah nakal selagi muda/sebelum menikah atau wajar selingkuh di usia 30-40.
Kok bisa-bisanya kita mewajarkan perzinahan sebelum atau setelah menikah?
Apa kita gak kasihan melihat orang-orang di sekitar kita?
Betapa banyaknya orang-orang yang menderita akibat pernah berzina atau memiliki pasangan yang pezina. Ada yang menjadi korban pemerasan, ada yang dimutilasi, ada yang harus berhenti sekolah karena hamil di luar nikah, ada yang bunuh diri, ada yang meninggal karena gagal aborsi, ada yang terkena penyakit seksual berbahaya hingga anaknya cacat bahkan mati, ada yang pernikahannya hancur dlsb.
Saya sendiri dikelilingi oleh banyak orang yang atheis, agnostik, perokok, peminum, dan tentu saja pezina.
Saya juga punya hormon androgen, saya juga puber, saya juga punya nafsu.
Saya juga dikelilingi oleh orang-orang yang cakep, kaya, mulus, seksi, cerdas, wangi, bersih dll.
Tapi, apakah saya mau ikut-ikutan seperti mereka?
Nauzubillah min dzalik.
Demi Allah saya tidak akan sudi untuk menodai atau mengkhianati cinta saya pada pasangan halal saya nanti, baik sebelum maupun setelah menikah.
Walaupun dia tidak tahu apa-apa tentang masa lalu saya, walaupun dia tidak tahu apa yang saya lakukan di belakangnya.
Bila kita hanya baik di depan atau ketika diketahui oleh orang lain saja, itu tanda bahwa kita bukanlah orang yang beriman.
Menjaga hati itu berat? Memang.
Ada banyak sekali godaan yang perlu kita taklukan, ada banyak sekali ujian yang perlu kita lewati.
Ada konsekuensi yang harus kita bayar untuk menjaga keimanan dan kesetiaan pada Tuhan dan pasangan halal kita.
Cinta sejati bukan untuk orang-orang yang lemah.
Saat keadaan batin kita sedang tidak baik-baik saja, meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sholat, bacaan Al Qur'an, sholawat, dzikir, belajar, dan olahraga sangatlah membantu untuk menenangkan hati kita.
Gak peduli mau seberat apa pun ujian kita, kalau kita mau berkomitmen untuk menjaga kesucian cinta kita ya bisa aja.
Gak perlu mencari-cari alasan untuk membenarkan nafsu kita.
Gak perlu playing victim, nyalah-nyalahin pergaulan, jenis kelamin, hormon, jabatan, kekayaan, pasangan, atau usia segala, enek dengarnya.
Emang paling enak tuh nyalahin sesuatu.
Tinggal lempar aja kesalahan kita ke yang lain, jadi kita gak perlu tanggung jawab ke diri sendiri maupun orang lain.
Gak perlu merasa bersalah, gak perlu merasa berdosa, gak perlu meminta maaf ataupun memperbaiki diri.
Biarpun masih single, tinggal sendiri, hidup bebas, gak punya tanggungan, gak ada yang melarang, masih muda, punya uang, punya waktu, punya banyak kenalan, lagi sehat-sehatnya, lagi cakep-cakepnya, lagi jaya-jayanya, lagi puber-pubernya, banyak yang mau, atau apalah itu namanya, jangan pernah melupakan janji kita sebelum lahir ke dunia, janji untuk menjadi khalifah yang amanah dan beriman untuk selamanya.
Sulit bagi kita untuk menjaga kesucian cinta kita di zaman yang segila ini jika kita lemah terhadap godaan dan tidak mau menjaga aturan Tuhan, maunya ngikutin nafsu aja sebagaimana manusia lama yang menjadi budak dari keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidupnya sendiri.
Maunya makan uang haram (hasil judi, riba, jual barang ilegal), lihat yang haram-haram (follow yang seksi-seksi, nontonin aurat orang, nonton porno, baca hentai), minum yang haram-haram, makan yang haram-haram, pergi ke tempat yang haram-haram (diskotik/pub), nikmatin yang haram-haram (BO, casual/random sex), tebar pesona, pansos, dlsb.
Nauzubillah min dzalik.
Di agama mana pun, yang namanya perzinahan itu dilarang, bukannya malah diwajarkan.
Semakin kita menikmati yang haram-haram, semakin lemah pula iman kita terhadap godaan, dan semakin benci juga kita pada hal yang suci, halal, indah dan agung.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia, tidak sepantasnya kita mewajarkan perzinahan, lebih baik kita belajar setia dan memutus rantai zina.
No comments:
Post a Comment