Wednesday, October 16, 2024

Gue Bales Nangis Lu

Tadi ada shorts, tentang 2 pasangan. 
Bincang-bincang santai soal apa yang tidak disukai oleh pasangan masing-masing.

Si X bilang dia genit sama cewek-cewek, si B juga bilang dia genit.
Si Z bilang pasangannya paling gak suka kalau dia genit sama yang lain.
Alih-alih mengikuti perintah Tuhan untuk menundukkan pandangan dan menjaga perasaan pasangannya, si Z malah minta pasangannya untuk menerima dan memahami kebiasaan jeleknya itu.
"Aku ini memang genit, terimalah."

Pasangannya jelas kagak terimalah.
Dia aja bisa nahan diri supaya gak genit.
Dia juga bisa aja genit, tapi dia gak mau melecehkan kepercayaan dan menyakiti perasaan si Z dengan berbuat begitu.

Si Z ini memang minta dijitak.
Padahal, kalau dibales juga nangis.
Kalau kata teman saya, "Gue bales nangis lu."
Nanti giliran pasangannya yang genit sama orang lain, baru dah nangis, merasa terluka banget dan sulit memaafkan, playing victim, terus sebarin aib pasangannya ke seluruh dunia biar semua orang tahu bahwa pasangannya jahat.

Padahal dia genit 1000 kali, pasangannya mungkin baru sekali kalinya genit karena udah gedek banget sama kelakuan si B biar si B tahu bagaimana perasaannya selama ini.

Guys, kalau kita ngikutin insting alami sebagai laki-laki atau perempuan, serius deh, yang ada bakal ancur itu pernikahan.
Kaya si B dan pasangannya itu yang akhirnya cerai. 

Dalam pernikahan, bukannya kita tidak boleh selfish ya?
Tidak etis sekali rasanya jika kita mengikuti insting alami atau ego kita lalu meminta pasangan kita untuk menerima dan memahaminya padahal kita tahu bahwa hal itu sangat dibenci olehnya dan dapat menyakitinya.
Sementara, pasangan kita berjuang mati-matian untuk melawan insting alami atau egonya agar tidak menyakiti kita.

Dalam pernikahan, kita diminta untuk menaklukan ego dan mengikuti kehendak Tuhan.
Kalau pasangan kita lebih memilih untuk memenangkan egonya daripada mengikuti kehendak Tuhan, dia akan menyakiti kita. 
Kalau kita lebih memilih untuk memenangkan ego kita daripada mengikuti kehendak Tuhan, kita akan menyakiti dia.

----

Sebelum menikah, memang sangat penting bagi kita untuk mengenali diri sendiri dan pasangan.
Kita perlu tahu apa yang bisa kita toleransi dan tidak bisa kita toleransi.
Jangan harap orang lain akan berubah.
Kalau sejak awal kita tidak bisa menerima kekurangannya, lebih baik jangan memaksakan hubungan dengannya daripada cekcok atau ribut terus.

Kita marah, dia marah. Udah deh, kiamat.
Polanya bakal berulang terus.
Kita marah karena tidak bisa menerima keburukannya, dia juga jadi marah karena tidak bisa menerima rasa marah kita, walaupun kemarahan itu dipicu oleh sikap buruknya.
Boro-boro introspeksi, boro-boro minta maaf. Yang ada dia akan tambah marah ketika kita semakin marah. LOL.

Kemarahannya itu bisa ditunjukkan olehnya secara pasif ataupun agresif. Agresif ya lewat kata-kata seperti komentar negatif yang sangat menyakitkan.
Pasif ya dengan sengaja mendiamkan, bersikap dingin atau menjaga jarak. Kalau sudah begini, gak akan betah satu sama lain. Pelariannya? Selingkuh.
Puncaknya? Cerai.

Daripada maksain nikah tapi gondok mulu, mending belajar ikhlas ajalah.

Kadang, orang kagak tahu diri itu baru akan sadar bahwa dia sengeselin itu ketika kita membalasnya dengan perlakuan yang sama.
Makanya banyak orang yang pake teknik mirroring untuk menyadarkan pasangannya.
Pasangannya selingkuh, dia ikut selingkuh.
Pasangannya main mind game, dia ikutan.

Tapi, buat apa merendahkan harga diri untuk menjadi seperti dia?

No comments:

Post a Comment

Ciri Pasangan Setia, Gak Bakal Selingkuh atau Mendua Selama-lamanya

Apa pun alasannya, selingkuh adalah perbuatan yang salah, hina, menjijikan, memalukan, menyakitkan dan tidak dapat diterima. Naudzubillah mi...