Thursday, July 25, 2024

Jenis-jenis alat KB: Pengertian, Kelebihan dan Kekurangannya - by Chat GPT

Berikut adalah berbagai jenis kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pasangan suami istri, lengkap dengan kelebihan, kekurangan, dan referensi ilmiah dari dokter kandungan terpercaya. Referensi ini mencakup berbagai pandangan dan penelitian untuk memberikan informasi yang komprehensif.

1. Kondom Pria dan Wanita

kondom adalah alat kontrasepsi yang digunakan selama hubungan seksual untuk mencegah kehamilan dan melindungi dari infeksi menular seksual (IMS). Kondom biasanya terbuat dari lateks, poliuretan, atau bahan sintetis lainnya dan bekerja dengan membentuk penghalang fisik yang mencegah sperma mencapai sel telur. Ada dua jenis utama kondom: kondom pria dan kondom wanita.
  • Kondom Pria: Efektif sekitar 98% dalam mencegah kehamilan dengan penggunaan sempurna dan sekitar 85% dengan penggunaan tipikal.
  • Kondom Wanita: Efektif sekitar 95% dengan penggunaan sempurna dan sekitar 79% dengan penggunaan tipikal .
  • Kondom adalah satu-satunya metode kontrasepsi yang melindungi terhadap IMS, termasuk HIV .
  • Kelebihan:

    • Efektif dalam mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual (IMS).
    • Tersedia tanpa resep dan mudah digunakan. 
    • Kondom dapat dibeli di apotek, toko ritel, atau online tanpa resep dokter, menjadikannya mudah diakses.
    • Tidak ada efek samping hormonal,

    Kekurangan:

    • Harus digunakan setiap kali berhubungan untuk efektivitas maksimal.
    • Kondom dapat bocor atau pecah jika tidak digunakan dengan benar, terutama jika digunakan dengan pelumas berbasis minyak pada kondom lateks, yang dapat melemahkan bahan tersebut. Bacalah beberapa kesalahan umum dalam memakai kondom berikut ini.
    • Beberapa pengguna mungkin merasakan penurunan sensitivitas atau kenyamanan selama hubungan seksual. Ini bisa mempengaruhi kesenangan dan kepuasan seksual.
    • Beberapa individu mungkin memiliki alergi terhadap lateks, bahan umum dalam kondom, yang dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi. Kondom bebas lateks tersedia sebagai alternatif, meskipun mungkin lebih mahal. Berikut ini adalah beberapa jenis kondom yang dapat kita pilih.

    2. Pil Kontrasepsi

    Pil kontrasepsi juga dikenal sebagai pil KB (kependekan dari "kependalian kelahiran"), adalah metode kontrasepsi oral yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Terdapat dua jenis utama pil kontrasepsi: pil kombinasi (mengandung estrogen dan progestin) dan pil progestin saja (juga dikenal sebagai pil mini). Pil kombinasi mengandung dua hormon, yaitu estrogen dan progestin. Pil ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium), menebalkan lendir serviks untuk mencegah sperma mencapai sel telur, dan menipiskan lapisan rahim untuk mengurangi kemungkinan implantasi. Pil mini hanya mengandung hormon progestin. Pil ini bekerja terutama dengan menebalkan lendir serviks dan, dalam beberapa kasus, menghambat ovulasi. Pil ini sering direkomendasikan bagi wanita yang tidak bisa menggunakan estrogen, seperti ibu menyusui atau mereka yang memiliki risiko kesehatan tertentu.
    • Pil Kobtrasepsi Kelebihan:

      • Sangat efektif jika diminum setiap hari. Pil kontrasepsi sangat efektif dalam mencegah kehamilan jika digunakan dengan benar, dengan tingkat kegagalan sekitar 0,1% pada penggunaan sempurna dan sekitar 7% pada penggunaan tipikal.
      • Dapat mengatur siklus menstruasi dan mengurangi nyeri haid. 
      • Mengurangi risiko kanker ovarium dan endometrium, kista ovarium, dan beberapa kondisi non-kanker lainnya seperti anemia defisiensi besi, endometriosis, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS) .
      • Dapat memperbaiki kondisi kulit, termasuk jerawat.
      • Pengguna memiliki kontrol penuh atas penggunaan metode ini, dan dapat berhenti kapan saja jika diinginkan.
      • Pil progestin saja  (pil mini) adalah alternatif bagi yang tidak bisa menggunakan estrogen. Pil ini dapat digunakan saat menyusui.

      Kekurangan:

      • Memerlukan komitmen untuk diminum setiap hari pada waktu yang sama untuk menjaga efektivitasnya. Lupa minum pil dapat meningkatkan risiko kehamilan.
      • Efek samping termasuk mual, peningkatan berat badan, dan perubahan suasana hati.
      • Pil kontrasepsi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS). Untuk perlindungan terhadap IMS, perlu digunakan metode penghalang seperti kondom.
      • Beberapa pengguna mungkin mengalami efek samping hormonal seperti mual, peningkatan berat badan, nyeri payudara, sakit kepala, dan perubahan suasana hati.
      • Pil kombinasi tidak dianjurkan untuk wanita dengan kondisi medis tertentu, seperti riwayat migrain dengan aura, riwayat trombosis vena dalam, atau yang merokok dan berusia di atas 35 tahun.
      • Meskipun jarang, ada risiko yang lebih tinggi untuk beberapa kondisi serius seperti trombosis vena dalam, stroke, atau serangan jantung, terutama pada wanita dengan faktor risiko tertentu.
      • Pil mini bisa memberikan efek samping termasuk pendarahan tidak teratur.

    3. IUD (Intrauterine Device)

    Intrauterine Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil dan berbahan dasar plastik atau logam yang dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga medis profesional. IUD merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif. Terdapat dua jenis utama IUD: IUD tembaga (non-hormonal) dan IUD hormonal. IUD tembaga (non hormonal) mengandung kawat tembaga yang melilit batang IUD. Mencegah kehamilan dengan menciptakan lingkungan dalam rahim yang tidak ramah bagi sperma, sehingga mengganggu pergerakan sperma dan mencegah pembuahan. IUD hormonal melepaskan hormon progestin ke dalam rahim. Bekerja dengan menebalkan lendir serviks (mencegah sperma mencapai sel telur), menghambat ovulasi pada beberapa wanita, dan menipiskan lapisan endometrium untuk mencegah implantasi. IUD sangat efektif dalam mencegah kehamilan, dengan tingkat kegagalan kurang dari 1% per tahun penggunaannya. Setelah dipasang, IUD tidak memerlukan tindakan harian atau bulanan, membuatnya nyaman bagi mereka yang tidak ingin memikirkan kontrasepsi secara rutin.
    • IUD  Kelebihan:

      • IUD tembaga tidak mengandung hormon dan dapat bertahan hingga 10-12 tahun, sedangkan IUD hormonal biasanya bertahan 3-5 tahun, tergantung pada jenisnya. 
      • IUD hormonal sangat berguna bagi wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen, seperti pil kombinasi.
      • Alat ini dapat dilepas kapan saja jika pengguna ingin hamil.

      Kekurangan:

      • IUD tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS). Pengguna IUD masih perlu menggunakan kondom untuk perlindungan dari IMS.
      • Memerlukan prosedur medis untuk pemasangan, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau kram sementara. Ada juga risiko kecil komplikasi seperti perforasi uterus atau infeksi
      • Ada kemungkinan kecil bahwa IUD dapat keluar dari rahim (ekspulsi), terutama dalam beberapa bulan pertama setelah pemasangan.
      • IUD tembaga bisa menyebabkan menstruasi lebih berat dan kram.
      • IUD hormonal dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, terutama selama beberapa bulan pertama setelah pemasangan. Efek samping hormonal lainnya seperti perubahan suasana hati, jerawat, atau nyeri payudara juga mungkin terjadi.

    4. Implan Kontrasepsi

    Implan kontrasepsi adalah metode kontrasepsi jangka panjang yang melibatkan pemasangan batang kecil di bawah kulit lengan atas. Batang ini melepaskan hormon progestin ke dalam tubuh secara bertahap untuk mencegah kehamilan. Implan adalah salah satu metode kontrasepsi yang sangat efektif dan dapat bertahan hingga beberapa tahun.

    Implan bekerja dengan melepaskan hormon progestin ke dalam aliran darah, yang berfungsi untuk:

    1. Menghambat Ovulasi: Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium.
    2. Menebalkan Lendir Serviks: Membuatnya lebih sulit bagi sperma untuk mencapai dan membuahi sel telur.
    3. Menipiskan Lapisan Endometrium: Mengurangi kemungkinan implantasi jika terjadi pembuahan.

    Kelebihan:

    • Implan sangat efektif dalam mencegah kehamilan dengan tingkat kegagalan kurang dari 1% per tahun. Ini membuatnya setara dengan IUD dalam hal efektivitas.
    • Setelah dipasang, implan tidak memerlukan tindakan harian, mingguan, atau bulanan, yang sangat nyaman bagi pengguna.
    • Karena hanya mengandung progestin, implan merupakan pilihan yang baik bagi wanita yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
    • Implan biasanya bertahan 3-5 tahun, tergantung pada jenisnya. Alat ini dapat diangkat kapan saja jika pengguna ingin mengembalikan kesuburan.
    • Setelah implan diangkat, kesuburan biasanya kembali dengan cepat, memungkinkan kehamilan segera jika diinginkan.

    Kekurangan:

    • Implan tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS). Pengguna perlu menggunakan kondom untuk perlindungan terhadap IMS.
    • Memerlukan prosedur medis untuk pemasangan dan pengangkatan, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan sementara.
    • Beberapa pengguna mungkin mengalami efek samping seperti perubahan siklus menstruasi (misalnya, perdarahan tidak teratur atau tidak adanya menstruasi), perubahan suasana hati, sakit kepala, nyeri payudara, atau peningkatan berat badan.
    • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan implan dapat dikaitkan dengan penurunan kepadatan tulang jika digunakan dalam jangka panjang, terutama jika penggunaannya dimulai pada usia muda.

    5. Suntikan Kontrasepsi (Depo-Provera)

    Suntikan kontrasepsi, juga dikenal sebagai Depo-Provera atau depot medroxyprogesterone acetate (DMPA), adalah metode kontrasepsi hormonal yang diberikan melalui suntikan intramuskular setiap tiga bulan sekali. Suntikan ini mengandung hormon progestin yang bekerja untuk mencegah kehamilan.

    Depo-Provera bekerja dengan beberapa mekanisme:

    1. Menghambat Ovulasi: Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium.
    2. Menebalkan Lendir Serviks: Membuatnya lebih sulit bagi sperma untuk mencapai dan membuahi sel telur.
    3. Menipiskan Endometrium: Mengurangi kemungkinan implantasi jika terjadi pembuahan.

    Kelebihan:

    • Depo-Provera sangat efektif dalam mencegah kehamilan, dengan tingkat kegagalan sekitar 0,2% pada penggunaan sempurna dan 6% pada penggunaan tipikal.
    • Setiap suntikan memberikan perlindungan hingga tiga bulan, sehingga tidak memerlukan tindakan harian atau mingguan.
    • Karena hanya mengandung progestin, Depo-Provera adalah pilihan yang baik bagi wanita yang tidak bisa atau tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
    • Depo-Provera dapat mengurangi risiko kanker endometrium dan dapat membantu mengurangi gejala yang berhubungan dengan endometriosis.
    • Tidak memerlukan tindakan saat berhubungan seksual, yang dapat meningkatkan kenyamanan dan spontanitas.

    Kekurangan:

    • Seperti metode kontrasepsi hormonal lainnya, Depo-Provera tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS).
    • Pengguna mungkin mengalami perubahan dalam siklus menstruasi, seperti perdarahan tidak teratur, spotting, atau bahkan tidak adanya menstruasi (amenorea) setelah beberapa bulan penggunaan.
    • Efek samping lainnya termasuk peningkatan berat badan, perubahan suasana hati, sakit kepala, dan nyeri payudara.
    • Setelah berhenti menggunakan Depo-Provera, mungkin diperlukan waktu hingga 10 bulan atau lebih untuk kesuburan kembali normal.
    • Penggunaan jangka panjang dari Depo-Provera telah dikaitkan dengan penurunan kepadatan mineral tulang, yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang, terutama pada remaja dan wanita muda.
    • Pengguna harus mendapatkan suntikan setiap tiga bulan, yang memerlukan kunjungan berkala ke penyedia layanan kesehatan. Keterlambatan atau kelalaian dalam mendapatkan suntikan berikutnya dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi.

    6. Koyo Kontrasepsi (Patch)

    Koyo kontrasepsi, juga dikenal sebagai contraceptive patch atau transdermal patch, adalah metode kontrasepsi hormonal yang ditempelkan pada kulit. Patch ini melepaskan hormon estrogen dan progestin secara bertahap ke dalam aliran darah melalui kulit, mencegah kehamilan dengan cara yang mirip dengan pil kontrasepsi kombinasi.

    Koyo kontrasepsi bekerja dengan beberapa mekanisme:

    1. Menghambat Ovulasi: Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium.
    2. Menebalkan Lendir Serviks: Membuatnya lebih sulit bagi sperma untuk mencapai dan membuahi sel telur.
    3. Menipiskan Endometrium: Mengurangi kemungkinan implantasi jika terjadi pembuahan.

    Patch biasanya ditempelkan pada kulit satu kali per minggu selama tiga minggu berturut-turut, diikuti dengan satu minggu tanpa patch untuk memungkinkan menstruasi.

    Kelebihan:

    • Koyo kontrasepsi sangat efektif dalam mencegah kehamilan, dengan tingkat kegagalan kurang dari 1% pada penggunaan sempurna dan sekitar 7% pada penggunaan tipikal.
    • Hanya perlu diganti setiap minggu, sehingga tidak perlu diingat setiap hari seperti pil kontrasepsi. Ini mengurangi risiko kelalaian penggunaan.
    • Patch tidak perlu digunakan saat berhubungan seksual, yang bisa membuatnya lebih nyaman dan tidak mengganggu aktivitas seksual.
    • Seperti pil kombinasi, koyo kontrasepsi dapat membantu mengatur siklus menstruasi, mengurangi nyeri haid, dan memberikan perlindungan terhadap beberapa kondisi seperti kista ovarium dan kanker endometrium.

    Kekurangan:

    • Dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi kulit di area aplikasi, mual, sakit kepala, nyeri payudara, dan peningkatan berat badan. Seperti metode hormonal lainnya, juga bisa mempengaruhi suasana hati.
    • Koyo kontrasepsi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS), sehingga penggunaan kondom tetap diperlukan untuk pencegahan IMS.
    • Pengguna mungkin mengalami reaksi kulit di area patch, seperti kemerahan, gatal, atau iritasi. Patch juga dapat terlepas jika terkena air atau gesekan.
    • Mengandung estrogen, koyo kontrasepsi memiliki risiko peningkatan tromboemboli vena (penggumpalan darah), terutama pada wanita yang merokok atau memiliki faktor risiko lain seperti obesitas atau riwayat keluarga dengan trombosis.

    7. Cincin Vagina

    Cincin vagina, juga dikenal sebagai vaginal ring, adalah metode kontrasepsi hormonal yang berbentuk cincin lentur dan transparan, terbuat dari plastik medis. Cincin ini dimasukkan ke dalam vagina, di mana ia melepaskan hormon estrogen dan progestin secara bertahap untuk mencegah kehamilan.

    Cincin vagina bekerja dengan mekanisme yang mirip dengan pil kontrasepsi kombinasi dan koyo kontrasepsi:

    1. Menghambat Ovulasi: Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium.
    2. Menebalkan Lendir Serviks: Membuatnya lebih sulit bagi sperma untuk mencapai dan membuahi sel telur.
    3. Menipiskan Endometrium: Mengurangi kemungkinan implantasi jika terjadi pembuahan.

    Cincin ini biasanya digunakan selama tiga minggu berturut-turut, kemudian dilepas selama satu minggu untuk memungkinkan menstruasi.

    Kelebihan:

    • Cincin vagina sangat efektif dalam mencegah kehamilan, dengan tingkat kegagalan kurang dari 1% pada penggunaan sempurna dan sekitar 7% pada penggunaan tipikal.
    • Hanya perlu dipasang satu kali setiap bulan, sehingga mengurangi risiko kelalaian seperti pada metode harian. Pemasangan dan pelepasan cincin juga bisa dilakukan sendiri oleh pengguna.
    • Seperti metode kombinasi lainnya, cincin vagina dapat membantu mengatur siklus menstruasi, mengurangi nyeri haid, dan memberikan perlindungan terhadap beberapa kondisi seperti kista ovarium dan kanker endometrium.
    • Cincin vagina tidak perlu dihilangkan selama hubungan seksual dan biasanya tidak terasa oleh pengguna atau pasangannya.

    Kekurangan:

    • Cincin vagina tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS). Pengguna tetap perlu menggunakan kondom untuk perlindungan terhadap IMS.
    • Dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi atau ketidaknyamanan di vagina, mual, sakit kepala, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati.
    • Mengandung estrogen, cincin vagina memiliki risiko peningkatan tromboemboli vena (penggumpalan darah), terutama pada wanita yang merokok atau memiliki faktor risiko lain seperti obesitas atau riwayat keluarga dengan trombosis.
    • Harus diingat untuk dilepas dan dipasang kembali pada jadwal yang tepat setiap bulan. Kesalahan dalam penggunaan dapat mengurangi efektivitas.

    8. Sterilisasi

    • Tubektomi (Sterilisasi Wanita) Kelebihan:

      • Metode permanen, sangat efektif.
      • Tidak ada efek hormonal.

      Kekurangan:

      • Prosedur permanen, tidak dapat dikembalikan.
      • Memerlukan pembedahan dengan risiko yang terkait.
    • Vasektomi (Sterilisasi Pria) Kelebihan:

      • Metode permanen, sangat efektif.
      • Prosedur lebih sederhana dan risiko komplikasi lebih rendah dibanding tubektomi.

      Kekurangan:

      • Prosedur permanen, tidak dapat dikembalikan.
      • Tidak melindungi dari IMS.

    Kutipan dan Daftar Pustaka

    1. Trussell, J. (2011). Contraceptive failure in the United States. Contraception, 83(5), 397-404.
    2. Hatcher, R. A., Nelson, A. L., & Trussell, J. (2007). Contraceptive Technology. New York: Ardent Media.
    3. Curtis, K. M., Tepper, N. K., Jatlaoui, T. C., Berry-Bibee, E., Horton, L. G., Zapata, L. B., ... & Jamieson, D. J. (2016). US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2016. MMWR Recommendations and Reports, 65(3), 1-103.
    4. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2021). Long-Acting Reversible Contraception (LARC): IUD and Implant. Retrieved from ACOG Website.
    5. World Health Organization. (2018). "Condoms for HIV prevention." Retrieved from WHO Website.
    6. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    7. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). "Effectiveness of Family Planning Methods." Retrieved from CDC Website.
    8. Hatcher, R. A., et al. (2007). Contraceptive Technology. New York: Ardent Media.
    9. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    10. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2019). "Combined Hormonal Birth Control: Pill, Patch, and Ring." Retrieved from ACOG Website.
    11. Guttmacher Institute. (2021). "The Impact of Contraceptive Use on Women's Health." Retrieved from Guttmacher Institute Website.
    12. Curtis, K. M., et al. (2016). "US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2016." MMWR Recommendations and Reports, 65(3), 1-103.
    13. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2020). "Long-Acting Reversible Contraception (LARC): IUD and Implant." Retrieved from ACOG Website.
    14. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    15. Curtis, K. M., et al. (2016). "US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2016." MMWR Recommendations and Reports, 65(3), 1-103.
    16. World Health Organization. (2018). "Family planning/Contraception methods: IUD." Retrieved from WHO Website.
    17. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2020). "Long-Acting Reversible Contraception (LARC): IUD and Implant." Retrieved from ACOG Website.
    18. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    19. World Health Organization. (2019). "Hormonal Contraceptive Methods: Implant." Retrieved from WHO Website.
    20. Nelson, A. L., & Massoudi, N. (2020). "Update on Hormonal Contraceptive Implants." Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 105(4), 1-9.
    21. World Health Organization. (2019). "Hormonal Contraceptive Methods: Injectable." Retrieved from WHO Website.
    22. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2019). "Progestin-Only Hormonal Contraceptives: Injectable." Retrieved from ACOG Website.
    23. Curtis, K. M., et al. (2016). "US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2016." MMWR Recommendations and Reports, 65(3), 1-103.
    24. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    25. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2017). "The Contraceptive Patch." Retrieved from ACOG Website.
    26. Curtis, K. M., et al. (2016). "US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2016." MMWR Recommendations and Reports, 65(3), 1-103.
    27. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    28. World Health Organization. (2019). "Hormonal Contraceptive Methods: Patch." Retrieved from WHO Website.
    29. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2018). "Vaginal Ring." Retrieved from ACOG Website
    30. Curtis, K. M., et al. (2016). "US Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2016." MMWR Recommendations and Reports, 65(3), 1-103.
    31. Trussell, J. (2011). "Contraceptive failure in the United States." Contraception, 83(5), 397-404.
    32. World Health Organization. (2019). "Hormonal Contraceptive Methods: Vaginal Ring." Retrieved from WHO Website.

    No comments:

    Post a Comment

    Ciri Pasangan Setia, Gak Bakal Selingkuh atau Mendua Selama-lamanya

    Apa pun alasannya, selingkuh adalah perbuatan yang salah, hina, menjijikan, memalukan, menyakitkan dan tidak dapat diterima. Naudzubillah mi...