Seorang pria berjas dalam video hitam putih berdurasi singkat mengatakan begini, "Kunci agar kita disukai oleh orang lain adalah membuat mereka merasa diterima dan dipahami. Jangan pernah mengkritik mereka. Karena ketika dikritik, mereka akan merasa tidak cukup baik dan ditolak. Hal itu juga bisa saja membangkitkan trauma atau ketakutan akan penolakan yang pernah mereka alami."
Ya, saya setuju. Kritik memang bisa membuat orang lain jadi membenci kita.
Meskipun kritik itu tak terhindarkan dan diperlukan bagi pertumbuhan, tidak tepat rasanya jika kita mengkritik pasangan kita. Sebab, semakin erat hubungan emosional kita dengan seseorang, akan semakin peka juga perasaannya kepada kita, akan semakin tinggi juga ekspektasinya kepada kita. Setiap kritik yang kita lontarkan kepadanya akan terasa 1000 kali lipat lebih menyakitkan daripada orang biasa. Terlebih, jika posisi dia sedang sangat payah dan sulit.
Biarlah orang lain yang menghakiminya, mengkritiknya, mengguruinya, mendebatnya, meragukannya, meremehkannya, menolaknya, mengejeknya, membuatnya merasa lelah, membuatnya merasa tak aman, membuatnya merasa tak nyaman, membuatnya merasa tidak cukup baik dan dibenci.
Tugas kita adalah menerimanya, memahaminya, mendukungnya, mempercayainya, membesarkan hatinya, menguatkannya, menemaninya, membuatnya merasa aman, nyaman, damai dan spesial, bahkan ketika semua orang tidak berpihak padanya.
Bukankah setiap orang itu memang memerlukan sebuah rumah?
Jika kita tidak memiliki rumah yang aman dan nyaman sebagai tempat tinggal untuk beristirahat dan mengisi kembali energi yang hilang dengan tenang setelah menghadapi kerasnya dunia, harus kemana lagi kita pergi?
Mengusahakan sebuah rumah dengan fondasi yang kokoh, bersih, tak berhantu, teduh, tenang dan nyaman memang tak mudah. Namun, adakah hal yang benar-benar sulit bagi orang yang benar-benar kita cintai?
Hal yang amat disayangkan.
Banyak sekali dari kita yang ingin mendapatkan sebuah rumah yang aman dan nyaman, namun kita sendiri enggan untuk membangun rumah yang aman dan nyaman bagi pasangan kita.
Ya, kita terlalu sibuk mencari, berekspektasi dan menuntut pasangan kita tanpa becermin dan memantaskan diri.
No comments:
Post a Comment