Lagi-lagi kasus perselingkuhan di kalangan selebritis mengudara, saya mendengarnya dari teman saya yang kebetulan pernah suka dengan pelaku. Saya bahkan tidak tahu siapa namanya, hanya pernah melihat wajahnya sekali dua kali karena sejak kecil tidak terlalu suka menonton televisi.
Tidak heran kenapa banyak pesinetron yang tersandung kasus perselingkuhan, apalagi yang tema sinetronnya tentang cinta-cintaan. Secara, dalam dunia acting itu kan rasa malu para pemainnya memang harus dibuang. Jadinya ya gak malu lagi untuk berinteraksi dengan lawan jenis tanpa mengindahkan batasan dan aturan agama (dia suami orang, istri orang, bukan muhrim -- gak peduli). Kalau perannya jadi sepasang kekasih atau bahkan suami istri yang harus cinta-cintaan ya harus ber-acting seperti itu dengan penjiwaan yang mendalam sesuai skenario dan arahan sutradara. Mereka melakukan semuanya bukan karena terpaksa, melainkan memang sudah menyetujuinya dalam surat kontrak yang mereka buat dengan pihak produksi.
Kalau sehari-harinya orang itu sudah biasa tebar pesona, buka-bukaan, main perasaan dan berzina dengan sengaja di dunia peran dengan pasangan non halal yang berganti-ganti untuk mendapatkan uang dan ketenaran, bahkan merasa senang dan bangga melakukannya, ya gak heran jika mereka juga melakukan hal itu di luar dunia peran. Kan sudah biasa.
Ini sudah konsekuensi logis.
Mereka sudah biasa bermesraa-mesraan dengan orang lain yang bukan pasangan halalnya dan mempertontonkannya di hadapan publik, sehingga sudah tidak merasa malu lagi.
Artis/aktor roman picisan cinlok, selingkuh atau jual diri itu logis.
Karakter orang itu kan dibentuk oleh kebiasaan dan lingkungannya.
Kalau sehari-harinya orang itu memilih untuk berada di dalam lingkungan yang tidak mengenal rasa malu dan berzina dengan lawan main untuk dipertontonkan ke klayak umum karena tuntutan profesi, jangan mengharapkan kesetiaan darinya. Profesi dan lingkungan yang dipilihnya sendiri dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun tidak memungkinkan hal itu.
Kalau sehari-harinya orang itu memilih untuk berada di dalam lingkungan yang tidak mengenal rasa malu dan berzina dengan lawan main untuk dipertontonkan ke klayak umum karena tuntutan profesi, jangan mengharapkan kesetiaan darinya. Profesi dan lingkungan yang dipilihnya sendiri dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun tidak memungkinkan hal itu.
Jika kita tidak lagi memiliki rasa malu, kita bisa nekat dan berlaku seenaknya, karena orang tanpa rasa malu itu bisa melakukan hal apapun tanpa mempedulikan konsekuensi dari tindakannya.
Tanda orang beriman adalah memiliki rasa malu.
Kalau rasa malu kita sudah gak ada, iman kita juga gak ada.
Kalau rasa malu kita sudah gak ada, iman kita juga gak ada.
Apakah orang yang tidak punya rasa malu atau iman ini layak untuk digemari apalagi dijadikan imam untuk membina rumah tangga menuju surga?
Saya pribadi tidak menggemari selebritis manapun.
Saya lebih suka tipe mahal yang imannya tidak bisa dibeli dengan apapun termasuk popularitas, harta, tahta dan wanita.
Saya suka yang mencintaiNya dan segala hal yang dicintai olehNya, bukan hal-hal yang murkai olehNya.
Dalam Islam sendiri, laki-laki yang akhlaknya buruk alias tidak tahu malu, suka melirik perempuan lain (tidak bisa menjaga pandangan), berpenghasilan haram dan tidak bisa menjaga pergaulannya ini tidak layak untuk dinikahi. Apalagi yang mendapatkan penghidupan dari mempertontonkan perzinahannya dengan lawan main yang bukan pasangan halalnya.
Kalau tetap mau dinikahi ya tanggung sendiri resikonya, salah satunya yaitu diselingkuhi.
Ciri-ciri lelaki lemah yang berpotensi besar untuk selingkuh sebenarnya bisa kita kenali dengan jelas sejak awal dari hal-hal yang paling sederhana. Ada yang berpendapat mudah baper/tersinggung/sakit hatian, suka tebar pesona, sok ganteng, narsis, butuh validasi eksternal, bermental korban, suka lari dari masalah dan semacamnya.
Kita juga bisa melihat siapa yang dia follow dan cari tahu film favoritnya. Kalau dia suka follow akun lawan jenis yang isinya selfie dan buka-bukaan, sukanya nonton film-film perusak peradaban yang menampilkan kehidupan liar, gonta-ganti pasangan atau casual sex seperti J*n Dar* dan Ame*Ica* P*e, lebih baik jangan.
Dari melihat itu bisa pengen, dari pengen jadi coba-coba, dari coba-coba jadi ketagihan.
Cintailah diri kita sendiri, jangan sengaja cari-cari penyakit dengan memilih orang yang tidak layak untuk dinikahi. Pilihlah yang sejalan denganNya, para rasulNya, kitab-kitabNya, agar kita merasa tenteram dan bahagia, selamat dunia akhirat. Pilihlah mereka yang benar-benar serius mau berkomitmen dan istiqomah untuk sama-sama menuju surga dengan amalan-amalan yang nyata. Jangan pilih yang masih labil, kadang tobat kadang maksiat, kadang maju kadang mundur. Yang imannya tidak mantap atau lemah skip aja, apalagi yang jelas-jelas gak ada alias tidak tahu malu. Mundur.
Saya pernah nanya ke orang tentang film favoritnya itu apa, dia jawab bahwa dia suka banget nonton film dari Thailand itu. Saya kira mah itu film kocak atau apaan, gak taunya film tentang lelaki gila yang suka gonta-ganti pasangan. Ngidolain kok PK? Serem amat sih.
Menghancurkan peradaban sekarang mudah aja. Gak perlu pakai bom atom atau nuklir segala, buka aja portal zina lebar-lebar dan legalkan miras, nanti juga hancur sendiri.
Kekerasan seksual jadi merebak, perselingkuhan di mana-mana, aborsi tinggi, perceraian tinggi, anak jadi gak utuh, moral rusak, otak rusak, masa depan rusak.
Kekerasan seksual jadi merebak, perselingkuhan di mana-mana, aborsi tinggi, perceraian tinggi, anak jadi gak utuh, moral rusak, otak rusak, masa depan rusak.
Di berbagai riwayat kita tahu bahwa miras itu bisa membuat orang jadi kehilangan kontrol diri dan kehilangan rasa malu. Menurut tinjauan medis pun, dampak buruknya banyak. Bayangin aja setelah selesai syuting cinta-cintaan, di lingkungan yang tidak mengenal rasa malu, di tengah-tengah orang yang wangi, selalu menjaga penampilan agar tetap menarik (tabarruj) dan senang menjadi pusat perhatian, gak jarang juga pakai susuk dan pelet, kita disuguhi miras untuk dinikmati bersama-sama. Apa jadinya coba? Yakin masih kuat untuk setia pada pasangan di rumah?
Saya rasa kita perlu mengangkat kisah-kisah cinta sejati deh biar moralitas dan mentalitasnya orang-orang di zaman ini jadi lebih baik. Kurang-kuranginlah film, lagu, sinetron, cerita, atau pemberitaan yang buruk-buruk. Orang setia itu ada lho, mungkin banyak, kitanya aja yang gak tahu karena pergaulan kita kurang luas dan kurang bagus. Kalau kita gak nemuin contoh yang baik di sekitar kita, ya kitanya aja kalau gitu yang memberikan contoh yang baik. Jadilah al ghuraba, jangan jadi setan bisu apalagi setan yang berbicara. Jangan malah mendukung kemaksiatan yang merebak dengan bersikap pasrah, cuek atau berkomentar sinis seperti orang yang sudah berputus asa dengan mengatakan, "Dunia ini memang ditakdirkan untuk hancur."
Saya setuju dengan cuitan Mbak Yayas beberapa tahun silam, kita itu harus bisa mengambil sikap, jangan hanya diam aja. Zaman sekarang itu sudah gak jaman netral. Kita harus menyuarakan kebenaran. Jangan contoh cicak, contohlah semut dan burung Pipit pada kasus Nabi Ibrahim. Dari semut dan pipit kita belajar bahwa yang penting adalah melakukan usaha dan menunjukkan keberpihakan kita pada apa dan siapa, dampaknya besar atau kecil itu urusan belakangan.
Di saat perselingkuhan merebak, ayo kita sama-sama mengadakan perbaikan dengan memberikan edukasi dan contoh yang baik. Jadilah orang setia yang tahu malu, yang bisa menjaga pandangan, kemaluan dan pergaulan dari perzinahan.
No comments:
Post a Comment