Aku juga menginginkan apa yang kamu inginkan.
Hanya saja, egoku sama denganmu.
Aku tahu sisi gelapmu, versi burukmu.
Aku tak sepenasaran itu, tapi semesta yang menunjukkan padaku.
Anehnya, kamu tetap indah di mataku.
Aku tak mengerti apa yang terjadi pada diriku, kenapa begini dan begitu.
Kenapa aku merasa dekat dan nyaman denganmu?
Kenapa aku bisa menerima dan memafkanmu?
Kenapa aku bisa begitu yakin dan percaya padamu?
Kenapa ucapanmu terngiang-ngiang dalam benakku?
Kenapa aku tak sudi melihatmu bersama yang lain?
Kenapa aku kerap khawatir dengan keadaanmu?
Kenapa semesta terus mengingatkanku padamu?
Oh, mungkin ini yang namanya cinta, cinta didukung semesta.
Katanya cinta akan memudar seiring berjalannya waktu, tapi mengapa hal itu tak terjadi padaku?
Semakin kucoba pahami dengan akal sehatku, semakin aku bingung dan tersesat.
Semakin kulawan perasaanku, semakin mati rasa hatiku.
Aku bagai mayat yang berjalan.
Tak punya perasaan, tak punya kepekaan.
Seperti bukan manusia.
Memang betul, cinta bukan sekedar perasaan.
Tapi tanpa diawali dan didorong oleh perasaan semacam ini, apakah kita mau untuk berkomitmen dan bertanggung jawab?
Hanya saja, setan takkan membiarkan kita bersatu untuk beribadah kepadaNya, saling mencintai dan bahagia selamanya.
Mereka ingin agar kita terus bermaksiat, saling membenci, mendendam, menyakiti dan menjerumuskan satu sama lain hingga ke dasar neraka.
Ketika hubungan kita sedang tidak baik-baik saja, ingatlah satu hal.
Aku adalah kamu, kamu adalah aku.
Aku bukanlah musuhmu, kamu bukan pula musuh bagiku.
Musuhku dan musuhmu adalah mereka yang menginginkan kebinasaan kita.
Akankah kita membiarkan mereka membuat kita binasa?
Ataukah kita mau berkerja sama untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kita?
No comments:
Post a Comment